SAHABAT KELUARGA – Setiap budaya dipastikan memiliki cara sendiri dalam mengasuh anak yang sesuai budaya setempat. Cara mengasuh anak atau pola asuh itu diwariskan secara turun temurun.
Tulisan ini mencoba menggambarkan pola asuh yang dianut Suku Dawan, suku terbesar di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Suku ini menempati seluruh wilayah Timor Barat, tersebar di 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan (TTS), dan Timor Tengah Utara (TTU).
Suku Dawan sering juga disebut sebagai orang Atoni Pah Meto. Memiliki budaya yang sangat kental dengan nilai-nilai moral warisan leluhur, termasuk mendidik anak menjadi pribadi yang tangguh. Namun seiring perjalanan waktu, nilai-nilai moral dan budaya luhur ini mulai tergerus.
Suku Dawan sering juga disebut sebagai orang Atoni Pah Meto. Memiliki budaya yang sangat kental dengan nilai-nilai moral warisan leluhur, termasuk mendidik anak menjadi pribadi yang tangguh. Namun seiring perjalanan waktu, nilai-nilai moral dan budaya luhur ini mulai tergerus.
Dari berbagai literasi, suku Dawan memiliki filosofi dasar, yakni nekafmese ma ansaofmese yang artinya sehidup semati, seia-sekata, sekata-seperbuatan, sehati-sejiwa. Berdasarkan pengertian tersebut, ungkapan dan pandangan ini diinterpretasikan sebagai sehati, sejantung, yang berarti bersatu bersama, bersama?sama bersatu untuk menanggulangi kehidupan dengan segala tuntutannya.
Anak-anak suku Dawan juga sekaligus dididik untuk melaksanakan nekmes ma ansaomes. Yaitu turut serta aktif dalam berbagai pembangunan.
Dalam praktik keseharian, orangtua di Suku Dawan melakukan hal-hal seperti ini pada anak-anaknya:
Pertama, Neksalit atau impian orangtua
Orangtua, dalam kondisi apapun, meski sehari-hari hanya makan jagung, ubi rebus, mempunyai mimpi agar anak-anaknya kelak menjadi ’orang.’ Karena itu, para orangtua Suku Dawan menekankan pembentukan karakter jujur, pekerja keras, mandiri, dan bertanggung jawab.
Kedua, Mepukait atau usaha
Ini cara orangtua Suku Dawan membentuk karakter positif dalam diri anak, yaitu membentuk pembiasaan-pembiasaan positif dalam rumah. Misalnya, anak perempuan memasak di dapur, mencuci piring, sedangkan anak laki-laki mencari kayu api, mencari pakan ternak. Juga kegiatan yang dilakukan bersama-sama seperti membersihkan halaman rumah.
Baca Juga : Ryousai Kenbo, Impian para Wanita Tradisional Jepang
Ketiga, Fainekat atau nasihat saat makan bersama
Orangtua untuk memberikan pencerahan atau nasihat kepada anak-anak ketika misalnya, lalai mengerjakan tugas dari sekolah atau mengerjakan tugas dari orangtua karena takut, bukan karena ketaatan atau penghormatan. Di rumah ini pun orangtua dan anak membangun sarana komunikasi, diskusi, yang dilakukan berulang-ulang, selain pada waktu makan malam bersama.
Keempat, Kuma atau motivasi
Ketika anak-anak tidak mengikuti prinsip kedua dan ketiga, orangtua memberikan pencerahan.
Secara umum, kaum ibu di Suku Dawan ini sebagai ibu rumah tangga dalam mengasuh anak, menyediakan makanan setiap hari, memberi pakaian dengan menenun sarung dan selimut. Dalam hal ini, kedudukan ibu melekat pada kedudukan dan pelapisan sosial yang dimiliki suaminya.
Para ibu di Suku Dawan juga menentukan keputusan suami. Misalnya dalam hal pembagian warisan, pemanfaatan pendapatan keluarga serta penentuan jodoh anak.
Dalam upaya agar pola asuh warisan leluhur Suku Dawan itu kembali dipraktikkan masyarakat NTT, tahun 2014 lalu, atas kesepakatan para tokoh-tokoh adat Suku Dawan dan perangkat desa bersama Wahana Visi Indonesia (WVI) membentuk Sekolah Amnasit atau sekolah orangtua. Melalui sekolah tersebut, para orangtua di NTT diajak untuk kembali menggunakan nilai-nilai luhur dalam mendidik anak. Yanuar Jatnika/Sumber: www. kupang.uri.co.id/ Foto-foto : www.floreseditorial.com
0 Komentar